twitter  
Profil  

Rabu, 05 Desember 2018 | 06:00 wib
Teknik Dekoratif ''Sulap'' Pakaian Lama Jadi Sustainable Fashion
Mendekati akhir tahun banyak resolusi yang ingin kita capai dan lakukan termasuk merapikan pakaian-pakaian yang teman She miliki. Kebanyakan pakaian yang sudah tidak kita inginkan atau gunakan pasti digeletakkan saja pada dus penyimpanan atau disumbangkan. Kemudian kita akan berbelanja lagi untuk punya pakaian baru dengan tren terkini. 

Bila dipikirkan kembali, penumpukan pakaian sangat umum di Indonesia dan tanpa disadari kita selalu memerlukan pakaian baru yang sebenarnya pakaian lama masih bagus dan layak pakai dapat kita upgrade dan dekorasi agar terlihat fresh dan baru. Tahukah teman She bahwa penumpukan pakaian tidak terpakai termasuk limbah industri fashion? Limbah fashion dan tekstil sangat mengkhawatirkan beberapa tahun belakangan ini berupaya menyadarkan masyarakat agar segera prihatin di lingkungan sekitar. Di Indonesia masih banyak kampanye terfokuskan menyuarakan sampah plastik sedangkan masyarakat global telah memulai terlebih dahulu mengerakkan sustainable fashion atau disebut juga eco-fashion ethical fashion.

Salah satu designer ternama dari Inggris Stella McCartney mengeluarkan koleksi sustainable luxury fashion di online store dan butiknya. Sebagai sustainable pioneer, Stella membangunkan industri fashion dunia dengan ''ethical consumption'' untuk luxury brand. Atas kontribusinya yang besar dalam sustainable fashion, Stella diberikan penghargaan BoF Global VOICES Award pada akhir tahun 2018 ini. Selain Stella, Orsola del Castro Ethical Fashion Designer sebagai co-founder Fashion Revolution yang adalah non profit global movement didirikan setelah insiden tragis para pekerja garmen di Rana Plaza Bangladesh. Tak terkecuali di Indonesia beberapa praktisi di industri fashion mulai menyuarakan dan melakukan gerakan sustainable fashion. Salah satunya event yang mendukung adalah Eco Fashion Week baru saja diselenggarakan di Jakarta akhir November dan berakhir pada 1 Desember kemarin.

Dalam pembelajaran teknik dekoratif beberapa mahasiswa fashion Universitas Ciputra mengusung inspirasi Eco - Fashion untuk memperbarui hasil karya mereka pada semester sebelumnya menggunakan berbagai teknik dari bordir mesin, sulam tangan, fabric manipulation, beading hingga 2D laser cutting. Hal ini dilakukan untuk mengkaryakan pakaian lama yang diolah dengan tambahan dekorasi membuat tampilan baru pada pakaian tersebut. Karin Theodora menambahkan detil knife pleats untuk roknya menggunakan kain linen yang sama, benang bordir katun polyester berwarna kuning, orange dan fuchsia sebagai material dekorasinya. Karin menampilkan konsep dekoratifnya dengan inspirasi 80's school chic seperti film-film Molly Ringwald di Sixteen Candles, Pretty in Pink. Sedangkan untuk rok lipit, Karin terinspirasi dari tren pada tahun 50an yang merupakan gaya preppy para kaum muda saat itu. Konsep ditambahkan dengan warna – warna neon sangat populer di tahun 80an. Teknik dekorasi yang digunakan Karin adalah membuat knife pleat di kain tambahan tersebut untuk ditambahkan pada rok dan bordir mesin manual di antara lipit. Untuk style keseluruhan Karin menampilkan gaya tahun 80an dari penyanyi Amerika yaitu Madonna yang mempopulerkan black leather jacket dengan rok berwarna eksentrik di filmnya ''Who's That Girl''

Untuk Valencya Octory menggunakan kain linen untuk ruffles bordir mesin dengan benang putih, beading bentuk pasir dan bambu untuk memperbaharui pakaian hasil karyanya setelah tampil di acara fashion show bulan Maret 2018 lalu. Konsepnya adalah Summer Sublime (musim panas yang indah) dengan imajinasi ruffles menggambarkan gelombang pantai, beads (manik-manik) menggambarkan pasir di pantai dan bordir bunga yang menggambarkan musim panas dengan bunga bermekaran. Teknik yang digunakan untuk membuat ruffles yaitu dengan pola disesuaikan dengan pakaian jadi dan menggunakan jahitan mesin juga tangan, selain itu pengunaan mesin bordir dan jahitan tangan untuk beading. Khususnya bagi Audina berani untuk bereksperimen lebih jauh dengan menggunakan benang sulam yang ukurannya lebih besar dan tebal, agar terlihat lebih bervolume ketika ditenun. Berkonsep nautical dan teknik yang dipakai terinspirasi dari duo designer asal Belanda Viktor & Rolf yang menggunakan teknik decontruction weaving techniques dari potongan kain. Baju atasan Audina menjadi tampil lebih unik dengan penambahan tenun benang sulam di bagian bahu.

Regina Martha menggunakan sisa kain dengan cermat yaitu sisa kain rok yang diolah menjadi tali spaghetti di satu sisi atas rok, lalu pada bagian bawah ditambahkan jahitan lipit hidup di sisi kanan dan kiri untuk mendekorasi rok polosnya. Dekorasi ini memiliki konsep yang mengacu pada dimensi, volume dan repetition yang simetris. Teknik yang digunakan adalah beading, menjahit pleats dengan mesin dan memasang tali spaghetti yang diatur di rok dengan mesin jahit. Mengikuti konsep awal dari karyanya yang bertema Ancient Marine, Alma Utami tidak banyak menambahkan dekorasi pada baju atasannya. Alma menggunakan benang sulam dan sequins dengan menjahit tangan (hand sewing) eyelets dan sulam tangan panjang menyerupai rambut lalu ditambahkan dengan disc sequins yang juga dijahit tangan. 

 
 
 
 
Bagaimana menurut teman She sangat menarik dan kreatif bukan? Mengunakan material tambahan dan teknik beragam dapat membuat pakaian anda terlihat baru dan tetap keren. Selain itu langkah ini juga sudah menjadi acuan untuk teman She melestarikan lingkungan mendukung gerakan Eco-Fashion dengan memanfaatkan pakaian lama yang diperbaharui.

Tentang Janet Teowarang
Janet Teowarang merupakan founder dan creative director brand fashion miliknya yaitu Allegra Jane, selain itu Janet juga menjadi dosen di Universitas Ciputra Surabaya. Janet meraih Australia Awards dari Pemerintah Australia di sektor Fashion dan Textile .Karyanya juga telah dipresentasikan di Indonesia Fashion Week, Mercedes Benz Asia Fashion Award dan mengikuti kompetisi Mango Fashion Award di Spanyol.