Pamekasan Batik Fashion Draping Competition 2022
Menjawab tantangan banyak orang mengenai generasi muda yang tidak begitu meminati batik, kali ini terjawab dengan sebuah gebrakan besar di Kota Malang minggu lalu. Ada 130 anak yang menggunakan batik masing-masing anak 3 lembar untuk unjuk bakat mereka dalam sebuah karya fashion draping yang unik. Begitu juga sebaliknya, 130 anak ini menjawab tantangan designer Embran Nawawi untuk menggunakan batik menciptakan karya fashion diatas dummy (dressform) dengan Teknik drapping.
Embran Nawawi yang selalu menggunakan batik dalam setiap karyanya, kali ini menularkan bakat dan selera fashionnya kepada 130 siswa dari SMKN 3 Malang. Tantangan yang disambut dengan kolaborasi besar oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan dan SMKN 3 Malang ini terwujud dalam sebuah acara lomba Draping Kain Batik Pamekasan, yang menjadi bagian dari acara Gebyar Batik Pamekasan 2022 – Road Show Jawa Bali. Lomba Draping Fashion Batik yang digelar di Malang Town Square ini menyita banyak perhatian karena merupakan acara lomba draping terbesar yang pernah ada, dengan melibatkan 3 jurusan di SMKN 3 Malang yaitu Tata Busana, Fashion Desain, dan Fashion Bisnis dari kelas 12 maka lengkaplah 130 anak dengan jumlah batik Pamekasan yang digunakan 390 lembar.
Lomba ini dibuka dengan biaya pendaftaran Rp 150.000,- yang sebenarnya merupakan sebuah transaksi jual beli batik pada umumnya, karena uang pendaftaran digantikan dengan batik sebanyak 3 lembar yang per lembarnya seharga Rp 60.000,-. Secara tidak langsung acara ini mengangkat penjualan para perajin batik di Pamekasan karena langsung terjual sebanyak 390 lembar batik, kata kepala Disperindag Pamekasan bapak Achmad Sjaifudin. Pak Achmad terharu melihat antusias generasi muda menggunakan batik ini, karena biasanya beliau hanya melihat orang dewasa yang tertarik dengan batik. “Ini merupakan cara terbaik bagi kami untuk memperkenalkan batik Pamekasan pada generasi muda yang juga pelaku fashion serta pengguna, dengan demikian maka saya yakin nanti diusia mereka sudah memiliki penghasilan maka mereka akan terbiasa belanja batik maupun fashion batik,” katanya.
Lomba ini tidak memilih juara seperti lomba pada umumnya, tetapi sistim penilaian dengan menggunakan 1.000 stiker yang disebar ke pengunjung mall untuk mereka bebas memilih karya yang mereka suka. Sistem ini lebih terbuka dengan melihat selera pasar dari karya drapingnya, warna batiknya hingga desain batiknya. Terpilih 7 terbaik dengan stiker paling banyak dan 3 pilihan designer Embran Nawawi yang memang ahli dalam mendraping dengan penilaian mengacu pada logika draping, teknik draping dan total look dalam fashion. Siapapun pemenangnya seluruh peserta merasa puas dengan lomba terbesar ini karena masing-masing peserta mendapatkan piagam penghargaan sebagai partisipan dan pengguna batik Pamakesan dari Disperindag.
Embran Nawawi merasa mulai melihat titik terang untuk dapat memberi pengetahuan batik pada generasi muda. “Setidaknya saya bisa melihat selera mereka dari cara mereka memilih batik yang mereka suka karena ini sudah saya lakukan sejak tahun 2009 saat batik Indonesia menjadi Batik warisan budaya dunia. Fashion batik sudah benar benar siap go global jika peminat dari generasi muda mulai menuntut trendnya bagi mereka,” kata Embran.
(Naskah & dokumentasi : Embran Nawawi)