Art Exhibition : Bishop's Love Affair - Art and Faith
|
Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, khususnya Aula Maria, membuka dirinya untuk masyarakat umum. Sejak 25 Februari hingga 23 Maret nanti, aula di kompleks gereja tersebut menjadi galeri seni. Di sana, dipamerkanlah 18 lukisan karya Uskup Surabaya Monsinyur Agustinus Tri Budi Utomo alias Monsinyur Didik (MoDik). "Karena sebagian besar lukisan Monsinyur Didik itu sebenarnya sudah diberikan kepada orang lain, maka kami harus menjemput lukisan-lukisan tersebut untuk kami pinjam dan kami pajang di galeri. Dari awalnya enam lukisan menjadi 18 yang terkumpul," papar Aris Utama, art director pameran lukisan bertajuk Bishop's Love Affair tersebut.
Pada Kamis (6/3), Aris menceritakan latar belakang pameran sekaligus tahapan yang harus dia dan panitia penyelenggara lalui demi mewujudkan Bishop's Love Affair. Sesi sharing pendahuluan Art and Faith itu dihadiri oleh puluhan perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) dan umat dari paroki-paroki di Surabaya dan sekitarnya.
![]() |
Antusiasme umat dan masyarakat umum terhadap pameran yang dibuka langsung oleh Monsinyur Didik itu relatif tinggi. Tiap harinya, rata-rata ada lebih dari 100 orang yang berkunjung ke galeri. Hingga Kamis lalu, tercatat sebanyak 1.200 kunjungan. "Itu hanya yang tercatat ya. Jumlah riilnya lebih dari itu karena sebagian pengunjung tidak mencatatkan nama mereka di buku kunjungan," ujar Ketua Penyelenggara Pameran Agustina Wariky.
Sebagai art director yang terlibat langsung dalam penataan layout galeri dan detail pameran, Aris bersyukur Bishop's Love Affair mendapatkan respons positif dari masyarakat. "Banyak pengunjung yang mengatakan bahwa menyaksikan langsung lukisan bapa uskup seperti ikut retreat," katanya.
Melalui karya-karya seninya, Monsinyur Didik mewartakan kasih Kristus yang menjadi jangkar kehidupannya. "Bagi masyarakat umum, galeri ini adalah displai iman Katolik. Mereka yang tidak tahu menjadi tahu. Bagi umat Katolik sendiri, ini adalah refleksi. Mereka yang mungkin sudah lama meninggalkan gereja, bisa kembali terpanggil," terang Aris.
Gembala yang Pelukis
Lahir di salah satu sudut Kabupaten Ngawi, Monsinyur Didik menunjukkan bakat melukisnya secara terbuka sejak menjadi frater (calon imam). Sebagai rohaniwan, dia tidak berfokus pada kualitas dan kuantitas karyanya. Sebagian besar karyanya justru dia berikan kepada orang lain dengan alasan yang berbeda-beda. Namun, yang pasti, lukisan-lukisan Monsinyur Didik adalah luapan pengalaman batinnya.
![]() |
"Melukis itu hobi sekaligus keahlian. Tetapi, mungkin yang tidak disangka Monsinyur Didik adalah bahwa pada suatu ketika, tepatnya saat ini, lukisan-lukisan karyanya itu akan dirangkai menjadi sebuah kisah bertajuk Bishop's Love Affair," kata Pastor Johanes Robini Marianto, OP. Rohaniwan yang memiliki izin eksorsisme itu menegaskan bahwa lukisan-lukisan Monsinyur Didik lahir dari realita yang dialaminya. Atau, minimal lahir dari ekspresi batinnya. "Nothing passed to mind without passing through senses! Tidak ada yang sampai ke otak tanpa melalui indra," lanjutnya saat berkunjung ke galeri.
Lukisan seorang anak yang menerawang jauh ke depan dari ketinggian dengan kehadiran burung merpati di sana, menurut Pastor Robini hal ini menunjukkan sisi visioner Monsinyur Didik. Untuk hal-hal yang jauh di depannya, Monsinyur Didik selalu menghadirkan Roh Kudus yang dilambangkan burung merpati.
|
Lukisan lain yang menunjukkan kebesaran hati dan keluasan wawasan Monsinyur Didik adalah yang bertajuk Ibu Maria versi Jawa. Dalam lukisan itu ada seorang ibu yang menyusui anak dalam gendongannya. "Ada elemen penting yang mungkin terlewatkan oleh banyak penikmatnya. Yakni, pucuk kayu di tangan sang ibu," ungkap Pastor Robini. Lukisan itu bisa jadi berbicara tentang ekologi maupun profetis. "Anak itu disusui oleh seorang ibu yang dihidupi mother earth atau bumi tempat kita hidup," imbuhnya. Setiap uskup adalah pimpinan komunitas yang menghidupi jemaatnya seperti seorang ibu yang menyusui anaknya. Sebab, Gereja adalah mater (ibu) dan magistra (guru), dan harus berakar pada bumi, yaitu tradisi rasuli.
Kata Mereka tentang Bishop's Love Affair
"Lukisan-lukisan Monsinyur Didik ini tak ubahnya artefak. Dan mungkin suatu hari nanti karya-karya seni itu akan menjadi relikwi. Mari kita semua doakan agar Monsinyur Didik menjadi uskup kudus. Selamat, Monsinyur Didik! Hiduplah seperti lukisan Monsinyur, selalu punya visi yang didorong Roh Kudus, serta selalu dihidupi pengembalaan dan teologi Monsinyur oleh umat." - Pastor Johanes Robini Marianto, OP - Rektor Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo
"Pameran lukisan yang berlangsung di kompleks Katedral Surabaya ini menarik. Tidak banyak yang melakukan seperti ini, mewartakan Injil melalui galeri. Lukisan-lukisan Monsinyur Didik menjadi sarana untuk menyebarluaskan kabar sukacita kepada banyak orang. Tidak hanya umat Katolik, tetapi juga masyarakat umum. Apalagi judul pamerannya sangat unik, Bishop's Love Affair." - Olga Lydia - Model, Presenter, Pemain Film
"Lukisan yang paling mewakili tema Bishop's Love Affair adalah lukisan anak kecil yang menggigit-gigit karet gelang. Sederhana tapi sarat makna. Cinta MoDik pada alam, pada anak-anak, dan pada lingkungan hidup, dan pada Tuhan terekspresikan dengan sempurna di sana. Jika alam yang kita cintai rusak, seperti yang beliau saksikan saat bertugas di pedalaman Kalimantan, maka generasi berikutnya hanya bisa gigit jari, atau seperti anak kecil yang menggigit karet gelang itu. Saya kagum pada kesenimanan MoDik. Ini menumbuhkan harapan terhadap peningkatan kualitas berkesenian di Keuskupan Surabaya dan seluruh umat Katolik pada umumnya. Momentumnya juga tepat saat perayaan Tahun Yubileum, Peziarahan Harapan." - Freddy H. Istanto - Pendiri Surabaya Heritage Society
(Yosan)