Zero Waste Fashion for Ramadhan
Di bulan suci yang penuh berkah ini, tentunya kita ingin untuk memberikan kontribusi terbaik bagi lingkungan dan sesama. Dalam bidang fashion, gerakan Zero Waste Fashion bisa jadi jawaban.
Kampanye Zero Waste Fashion sudah tidak asing lagi di Indonesia. Di negara Amerika dan Eropa gerakan ini telah dikenal sejak puluhan tahun yang lalu. Berbagai desainer dan produsen garmen mulai berpartisipasi mengembangkan skema patrun dan pola berpikir 'zero waste' agar dapat sesuai dengan perkembangan jaman. Sebut saja beberapa desainer dari Amerika, Inggris, dan Jepang seperti Issey Miyake, Zandra Rhodes, Claire McCardell, serta Timo Rissanen dan Holly McQuinlan yang dikenal sebagai desainer, fashion educator, dan penggiat gerakan Zero Waste di era milenial. Bahkan duo Timo dan Holly juga menulis buku ''Zero Waste Fashion Design'' di 2016.
Sejak fast fashion merambah dunia dan populer di pertengahan tahun 2000an, limbah kain sisa mulai menganggu lingkungan karena perputaran produksi mereka sangat cepat. Tiap 2 minggu sekali para produsen sudah pasti mengeluarkan koleksi terbaru yang sangat berbeda dengan sistem garmen sebelumnya. Pada 2016, masyarakat dunia sudah mulai berpaling ke slow fashion dan mengubah gaya belanja mereka. Inilah yang menyebabkan fast fashion perlahan meredup, limbah tidak hanya di sisa-sisa kain, tapi juga tumpukan pakaian yang tak terjual walaupun telah sale besar-besaran hingga 90 persen!
Beberapa praktisi fashion memulai proyek fashion sustainability mereka dengan tujuan memperbaiki lingkungan hidup. Meski begitu, masyarakat awam banyak yang belum memiliki pemahaman tentang hal ini. Seperti yang disampaikan Ibu Aryani Widagdo, fashion educationist, yang melakukan riset tentang Zero Waste Fashion setelah selama bertahun-tahun. Ibu Ary sengaja mengumpulkan kain perca demi menyusun buku Yoyo Kain. Menurut Ibu Ary, publik di Indonesia masih belum menunjukkan antusiasmenya dalam hal zero waste fashion (bahkan dari kalangan akademik!) karena fast fashion cukup mengakomodasi kalangan fashionista di tampilan sosial media.
![]() Dok : Aryani Widagdo |
Riset yang dilakukan Ibu Ary dan timnya cukup rumit. Mereka bergerilya mencoba berbagai patrun Zero Waste dari beberapa sumber. Bahkan sempat juga Ibu Ary dan timnya mencoba banyak pola yang tidak proporsional. Tapi saat melihat hasil baju-baju yang dihasilkan dari riset mereka ternyata sangat menarik, berbentuk geometris berpenampilan seakan futuristically edgy, modern dan urban.
![]() Dok : Aryani Widagdo |
Meski peminat baju Zero Waste Fashion dari hasil penelitian tersebut masih berasal dari Jakarta dan ekspatriat, kegigihan penelitian mereka berbuah tiga pola ''asli'' Indonesia yaitu Kebaya Kutu Baru, Kebaya Kartini tanpa Kutu Baru, dan Kebaya ''Antul'' yang cukup longgar dan santai.
Material bahan yang dipilih oleh Ibu Ary adalah katun, linen atau serat alam dengan menggunakan motif lurik bergaris – garis sangat sesuai untuk hasil baju Zero Waste yang cenderung bersiluet lurus dan longgar, tentu saja dapat digunakan pada Ramadhan ini, khususnya untuk Moslem wear yang syar'i.
Ibu Ary menyarankan agar point of interest di pakaian tersebut pada bagian lengan atau bawah rok, karena hijab biasanya menutupi bagian atas, selain itu juga diperlukan melakukan penelitian kembali. Bagi Teman SHE yang menyukai home sewing, Ibu Ary juga menyediakan paket 'Do It Yourself' (DIY) dengan patrun yang sederhana, mudah dipahami dan dijahit bagi pemula bahkan tanpa penggunaan ritsleting.
Marilah memulai memakai Zero Waste Fashion sebagai bentuk keperdulian kita kepada bumi dengan mengurangi sampah tekstil. Ibu Ary percaya bahwa Zero Waste ini dapat diterapkan bersama di Indonesia sebagai solusi realistis di skala rumah tangga hingga industri garmen.
Tips untuk Ramadhan ini dengan Zero Waste Fashion :
- Kenali style Moslem Wear yang akan digunakan dengan variasi hijab, apakah jenis syar'i atau modern?
- Kenali bentuk tubuh anda, apakah termasuk pear, apple atau triangle? Hal ini berguna untuk temanshe memilih motif yang sesuai sehingga tidak terlihat penuh atau lebar.
- Gunakan titik fokus tertentu untuk memanipulasi, misalnya bila berukuran petite maka, gunakan detil vertikal sebagai titik fokus di area rok maupun celana panjang.
- Bila memiliki lengan atas yang besar, hindari detil cap sleeve maupun ruffles tumpuk di area bicep, lebih baik menggunakan lengan lurus lebar atau lonceng.
- Pengunaan warna juga penting untuk diperhatikan, kombinasi warna basic, cerah dan pastel harus digunakan secara bijak, misalnya warna basic seperti beige, putih dan abu dapat dikombinasikan dengan warna pastel untuk paduan natural yang cantik.
Tentang Janet Teowarang
Janet Teowarang merupakan founder dan creative director brand fashion miliknya yaitu Allegra Jane, selain itu Janet juga menjadi dosen di Universitas Ciputra Surabaya.Janet meraih Australia Awards dari Pemerintah Australia di sektor Fashion dan Textile. Karyanya juga telah dipresentasikan di Indonesia Fashion Week, Mercedes Benz Asia Fashion Award dan mengikuti kompetisi Mango Fashion Award di Spanyol.