twitter  
Profil  

Sabtu, 17 Februari 2024 | 08:42 wib
Atasi Obesitas dan Perbaiki Komorbid dengan Bariatrik
 

Bedah bariatrik adalah operasi untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki metabolisme pada pasien obesitas akut (obesitas yang menyebabkan penyakit seperti diabetes melitus, serangan jantung, hipertensi, dll), dimana metode lain seperti diet, olahraga dan pengobatan tidak efektif. Metode bariatrik juga merupakan tindakan operasi untuk mengatasi obesitas dan memperbaiki komorbid atau penyakit penyerta dengan mengubah struktur saluran cerna. Ini nanti akan mempengaruhi nafsu makan dan membatasi jumlah makanan yang masuk dalam tubuh. 

Sebelum melakukan operasi bariatrik, pasien diharuskan melakukan tahap pengecekan yang dilihat dari Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Selain itu pasien harus melakukan diet rendah kalori selama 2 minggu sebelum operasi. Sementara pasca operasi, pasien hanya diperbolehkan minum dengan batas tertentu, tidak mengkonsumsi soda, dan merokok. 

Sementara, usia yang diperbolehkan untuk menjalani operasi bariatrik adalah 18-65 tahun dimana usia ini menghindarkan efek samping buruk operasi seperti malnutrisi, namun rata-rata usia yang melakukan operasi bariatrik adalah 30-40 tahun. 

Dalam pengerjaannya, dokter yang memimpin operasi ini bekerja sama dengan para dokter lain seperti dokter penyakit dalam yang biasanya memberi rujukan untuk melakukan tindakan operasi bariatrik dan juga ahli gizi untuk melakukan pengawasan sebelum dan sesudah operasi dengan melakukan kontrol rutin.

Ada beberapa jenis operasi bariatrik, seperti dengan memotong lambung jika ingin mengurangi berat badan hingga 30%, dan ada juga yang memotong lambung sekaligus usus halus jika ingin mengurangi berat badang sejumlah 50%. Penerapan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh masing-masing. Biasanya dalam prosedur ini akan menghasilkan 3-7 sayatan dengan masing-masing sayatan panjangnya 5 mm-1,5 cm yang berada di atas pusar. 

Kemudian untuk efek samping operasi, ada beberapa yang akan dialami pasien seperti halnya terjadi perubahan cita rasa (makanan/minuman yang dikonsumsi menjadi lebih hambar), terdapat perubahan pada pola BAB menjadi lebih banyak frekuensinya dibanding sebelum operasi, mudah luka pada lambung dan usus halus terutama bagi perokok. Namun setelah melakukan operasi ini, metabolisme tubuh menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dengan 70-90% pasien mulai berhenti menggunakan obat kencing manis atau diabetes. Operasi ini tidak merubah pola makan pada pasien, hanya saja akan mengurangi nafsu makan, namun operasi ini beresiko pada empedu karena perubahan kolesterol yang tinggi. 

Yang perlu diperhatikan oleh pasiennya juga karena makanan yang dikonsumsi menjadi lebih sedikit, maka perlu mengonsumsi makanan yang mengandung serat dan protein, serta tambahan suplemen lain. 

(Santi, Sameer)