twitter  
Profil  

Senin, 21 April 2025 | 10:49 wib
Sri Fatmawati, Saintis Internasional dari ITS yang Termotivasi RA Kartini
 

Ibu, lebih dari satu abad lampau, Raden Ajeng Kartini mencoba mendobrak  point of view masyarakat Jawa kala itu agar berpikiran maju, bahwa perempuan mempunyai peran yang setara dengan kaum laki-laki dalam kehidupan pribadi, rumah tangga hingga sosial-kemasyarakatan.

Terlahir dari keluarga darah biru Bupati Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879, RA Kartini di usia remajanya mengkritisi sistem feodalisme dan kolonialisme yang saat itu tengah membelenggu rakyat nusantara. Pemikiran yang maju dan melampaui kondisi di zamannya, tetap dipelihara RA Kartini hingga wafatnya di tahun 1904, setelah melahirkan putra semata wayang dengan suaminya sang Bupati Rembang, Raden Adipati Djojoadiningrat.

Memasuki abad ke-20, kemerdekaan berpikir Kartini menginspirasi para pendiri bangsa untuk mengupayakan pula kemerdekaan Indonesia. Hingga kini pun, sudah banyak perempuan Indonesia terdorong untuk berkontribusi nyata kepada publik dan membawa nama harum Indonesia dengan prestasinya hingga ke skala mancanegara.

Salah satunya ialah saintis kimia organik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Sri Fatmawati, M.Sc., Ph.D.

Beragam capaian penghargaan internasional pernah diraih oleh  Sri Fatmawati. Ilmuwan kelahiran Sampang, Madura di tahun 1980 yang termasuk Top 100 Asian Scientist 2024 ini mengaku, RA Kartini menjadi salah satu inspirator terkuatnya.

 

Ibu, berikut kesan Sri Fatmawati terhadap kepahlawanan RA Kartini menurutnya untuk bangsa Indonesia. Kami tuangkan dalam bentuk wawancara via WhatsApp, pada Sabtu (19/4/2025).

Bu Sri Fatma, tolong update dong, capaian Ibu baru-baru ini dan aktivitas akademis apa saja yang sedang dilakukan?

Alhamdulillah, tahun 2024 menjadi tahun yang penuh berkah dan momentum penting dalam perjalanan akademik saya. Saya menjadi perempuan Indonesia pertama yang menerima Dr. Willmar Schwabe Award di Krakow, Polandia, sebagai pengakuan atas kontribusi dalam riset kimia bahan alam. Saya juga terpilih sebagai salah satu dari Top 100 Asian Scientists 2024 versi Asian Scientist Magazine.

Beberapa penghargaan internasional lain yang saya terima yakni dari The Female Science Talents 2024 , The Falling Walls Foundation, Jerman dan Grassroots Science Advice Promotion Awards 2024 INGSA, New Zealand.  

Saat ini, saya tetap aktif mengajar di Departemen Kimia ITS dan terus melanjutkan penelitian terkait senyawa aktif dari tanaman dan jamur Indonesia untuk pengembangan obat herbal. Saya juga aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional yang mendorong keterlibatan perempuan dalam sains dan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan. Selain itu, saya menjabat sebagai Direktur Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura Indonesia, pusat riset dan inovasi yang merupakan kerjasama Kemendiktisaintek dan IT Del. Saya juga masih aktif sebagai Ketua dari OWSD (Organization for Women in Science for The Developing World) Indonesia National Chapter, membersamai para ilmuwan dan perempuan peneliti dengan jumlah lebih dari 200 dari 22 provinsi untuk memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia. 

 

Nah, sebagai seorang pengajar sekaligus ilmuwan, bagaimana sosok RA Kartini memberi arti dan menginspirasi Ibu?

RA Kartini adalah simbol keberanian, visi, dan semangat kemajuan. Komitmennya dalam memperjuangkan akses pendidikan bagi perempuan sangat menginspirasi saya, terutama sebagai seorang pendidik dan ilmuwan. Salah satu kutipan beliau yang sangat membekas bagi saya adalah:

“Perempuan yang sudah mengenyam pendidikan dan cerdas, memiliki pandangan yang sudah luas, tak akan pernah mampu lagi untuk tetap tinggal dan hidup di dalam tradisi kehidupan nenek moyang.”

Kutipan ini menjadi pengingat bagi saya untuk terus belajar dan menyebarkan ilmu, terutama kepada generasi muda perempuan Indonesia agar mereka berani bermimpi dan melampaui batas.

Ada pula kutipan lain yang memperkuat keyakinan saya:

“Dan siapakah yang dapat banyak berusaha memajukan kecerdasan budi itu? Siapakah yang dapat membantu mempertinggi derajat budi manusia? Ialah wanita, ibu, karena haribaan ibulah manusia mendapatkan didikannya yang mula-mula sekali.”

Keyakinan inilah yang menjadi dasar saat saya mendirikan OWSD Indonesia National Chapter setelah kembali dari Washington DC pada tahun 2016. Saya percaya, peran perempuan sebagai pendidik pertama dalam keluarga perlu terus diperkuat dan difasilitasi agar kontribusinya bagi kemajuan bangsa semakin nyata.

Dari Ibu Kartini saya juga belajar bahwa beliau adalah sosok yang beriman dan bertakwa, ingin selalu belajar dan berkawan baik dengan segala lapisan masyarakat. Hal ini akan membuka wawasan dan produksi pengetahuan.

Terkait dengan karier peneliti kimia herbal, target apa saja yang masih ingin Ibu raih berikutnya untuk memberi sumbangsih kepada bangsa dan masyarakat?

Saya ingin hasil riset saya benar-benar berdampak langsung bagi masyarakat, khususnya dalam menyediakan solusi kesehatan berbasis herbal yang terjangkau dan berkualitas. Menjadi peraih Nobel dengan riset tanaman obat Indonesia, jadi manfaat bagi masyarakat global. Amanah sebagai Direktur Indonesian Herbal dan Horticulture Science Techno Park menjadi bagian dari upaya saya untuk mewujudkan cita-cita membangun pusat riset bahan alam, yang dapat menjadi rujukan nasional maupun internasional. Selain melindungi biodiversitas tanaman obat Indonesia, meneliti bibit unggul herbal dan hortikultura juga sebagai pusat riset dan inovasi pemanfaatannya ke masyarakat.

Saya juga ingin memperluas kemitraan dengan industri, khususnya dalam hilirisasi hasil riset, agar dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai dan bernilai ekonomi. Tak kalah penting, saya berharap semakin banyak mahasiswa dan peneliti muda yang terlibat aktif dalam kegiatan riset ini, agar mereka tumbuh menjadi generasi ilmuwan yang siap membawa perubahan.

 

Terakhir Bu. Apa yang ingin dilihat Bu Fatma untuk perempuan Indonesia di masa depan di kancah internasional. PR apa saja yang mesti diselesaikan bangsa ini?

Saya ingin melihat semakin banyak perempuan Indonesia yang percaya diri, aktif, dan diakui secara global dalam berbagai bidang, terutama sains dan teknologi. Potensi itu ada. Yang kita butuhkan adalah ekosistem yang mendukung yaitu pendidikan yang inklusif dan merata, akses terhadap pendanaan riset, serta kebijakan yang menjamin kesetaraan kesempatan.

Pekerjaan rumah kita sebagai bangsa adalah membongkar stereotip lama, membangun budaya yang lebih menghargai prestasi perempuan, dan menciptakan ruang aman serta suportif bagi perempuan untuk berkembang. Jika semua itu kita lakukan bersama, saya percaya masa depan perempuan Indonesia di ranah global akan semakin gemilang.

Semoga semangat RA Kartini senantiasa menjadi cahaya yang menuntun langkah kita semua, perempuan dan laki-laki untuk terus berkarya, berdaya, dan memberi makna bagi bangsa dan dunia. 

(Roni)