twitter  
Profil  

Senin, 13 November 2023 | 09:32 wib
Tips Penanganan Tepat Cedera ACL Kolaborasi Dokter Orthopedi & Fisioterapi
 

Gaya hidup sehat semakin menjadi tren sekarang ini, terbukti tidak hanya atlet namun juga banyak bermunculnya sport enthusiast atau influencer olahraga. Hal ini juga harus dibarengi dengan pengetahuan masyarakat tentang potensi cedera dan penanganan yang tepat.

Dokter Gede Chandra Purnama Sp.OT ( K) Sport Injury yang merupakan dokter spesialis orthopaedic saat kami temui, Jumat (10/10) di Klinik Utama Intibios Surabaya mengatakan cedera saat olahraga banyak terjadi di area lutut. 

“Cidera olahraga sebetulnya sangat bervariasi, dari ujung kepala sampai ujung kaki semua bisa terjadi tapi yang sering sebetulnya di area lutut. Itu porporsinya lebih besar dari cidera olahraga yang dialami, sebagian besar ringan tapi sebagian kecil juga membutuhkan penanganan khusus utamanya butuh dokter orthopaedic,” kata dr. Chandra.

Sementara kata dr. Chandra salah satu cedera yang sering dialami oleh atlet ataupun sport enthusiast adalah ACL yang merupakan singkatan dari cedera ligamen anterior cruciate atau cedera urat lutut yang berfungsi penting dalam gerakan-gerakan khusus dalam olahraga. Terutama bagi atlet yang melibatkan gerakan cepat dan berputar seperti basket, sepakbola, tennis, dan badminton. Di mana setiap gerakan kaki bertumpu pada ACL. Apabila salah tumpuan seperti terjatuh, salah posisi mendarat usai melompat, maka ACL berisiko tinggi mengalami cedera.

Tanda cedera ACL cukup jelas terlihat. Dokter Chandra menyebut trias atau tiga gejala yang paling menonjol. Pada saat terjadi cedera, umumnya lutut yang menjadi tumpuan akan merasakan sakit yang sangat hebat, akan terasa seperti suara letupan 'suara pop' yang menandakan ACL putus pada saat itu juga. Setelah kedua tanda tadi, selanjutnya atlet tidak akan mampu melanjutkan aktivitasnya karena tidak mampu berjalan.

Penanganan pertama selalu on side di lokasi. Maka, penting bagi atlet untuk selalu mempunyai tim medis di lapangan. Namun bagi amatiran, bisa mengingat akronim R (Rest), begitu cedera segera berhenti beraktivitas, istirahat dan menepi di pinggir jalan. Jangan melakukan gerakan lain. 

"Jangan lanjut olahraga, harus berhenti dan istirahat," kata dr Gede.

Kemudian kedua, cari sesuatu yang cukup dingin dan bisa digunakan untuk mengompres bagian yang sakit kurang lebih selama 15 menit sambil istirahat.

"Memang idealnya harusnya es, karena suhu es merupakan suhu yang tepat untuk bisa segera mengurangi pembengkakan. Kalau seperti dingin-dingin biasa suhu ruang nggak bisa," jelasnya.

Ketiga, jika ada, pergunakan bebat elastis. Tidak perlu terlalu ketat, asal bisa melindungi area yang cedera. Dan terakhir, tinggikan bagian tubuh yang cedera (elevation) sehingga sejajar atau lebih tinggi dari jantung. Tujuannya untuk memperbaiki sirkulasi darah dari kaki untuk kembali cepat ke jantung agar pembengkakan yang terjadi tidak terlalu besar. Perlu diingat, jangan pernah memijat bagian yang sakit. 

"Dari empat poin tadi, kita singkat dengan RICE. Itu hal pertama yang harus dilakukan dalam cedera apapun," kata dokter Chandra.

Bagi sebagian besar pasien dengan cedera ACL yang signifikan, operasi seringkali merupakan pilihan terbaik untuk memulihkan fungsi lutut agar bisa kembali ke aktivitas olahraga yang berat. 

Pemulihan pasca operasi dibutuhkan tenaga Fisioterapi, mereka akan memberikan dosis pelatihan yang tepat, sampai ACL bisa menyatu hingga pasien dinyatakan bisa berolahraga kembali karena mengingat proses penyembuhan cukup lama antara 9-12 bulan tergantung seberapa parah kerusakan. Tapi dalam perjalanan menuju masa pemulihan, sebenarnya pasien di bulan tertentu sudah bisa melakukan olahraga, dipandu dengan fisioterapi.

 

Asep Azis SSt. FT  Fisioterapis Olahraga, Founder dari Bebas Cedera serta ASP Performance Clinic Surabaya mengatakan penanganan dimulai sejak pra operasi sampai sesudah operasi hingga pasien dinyatakan sembuh.

Fisioterapis membantu pasien memulihkan kekuatan dan mobilitasnya. Mereka merancang program pemulihan yang individual untuk setiap pasien, yang melibatkan latihan-latihan khusus untuk mengembalikan otot-otot di sekitar lutut ke tingkat kekuatan yang optimal. 

Program pemulihan juga mencakup pencegahan cedera sekunder dan meningkatkan kembali kualitas hidup pasien hingga kembali berolahraga dan kembali berkompetisi bagi seorang atlet.

Manfaat itu antara lain perancangan program individual. Fisioterapis merancang program pemulihan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien. Manfaat berikutnya, mengurangi risiko cedera kembali. Program pemulihan mencakup latihan- latihan yang memperkuat otot-otot sekitar lutut, mengurangi risiko cedera kembali.

Fisioterapi juga akan memantau pemulihan fungsional, membantu pasien memulihkan kembali kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga dan sehari-hari dengan nyaman.

(Yosan)